City Branding Not Produk Branding


Ini saya repost dari blog saya yang lama dan sudah jarang diupdate lagi……..

(publish at liafari.tumblr.com)

 

Belum lama ini saya melihat sebuah tayangan tv tentang perbedaan yang sangat menyolok mengenai makna “City Branding”

Siapa yang tidak kenal dengan New York,hampir semua orang pasti tahu NY .One of my fav city…….NYC

The City Never Sleep
The City Never Sleep from my instagram

https://instagram.com/p/s7l8tFwhAw/?modal=true

New York,Rio,Tokyo….
In New York – Rio – Tokyo
Or any other place around
That magical big city sound.
Now let’s come together
get the groove allright and you’ll feel better
Itu sedikit bait dari lagu Trio Rio…yang menunjukkan kota besar di Amerika,Brazil,Jepang . Dari lagu tadi kita bisa membandingkan ketiga kota besar dunia tadi.

New York menjadi pusat tempat perdagangan dan perkantoran,Big Apple adalah nickname dr NY,salah satu tempat terkenal disana adalah Time Square Avenue yg disebut cross roads of the world.Disini kita dapat melihat aktivitas beratus-ratus manusia dengan dikelilingi oleh banyak billboard dalam ukuran besar yang menghiasi kota NY.Billboard sebagai media luar ruang yang dalam hal ini adalah sebagai tools untuk branding produk berkembang menjadi asesoris pendukung yang memperindah kota NY yaitu sebagai branding city.

Hal senada terjadi di 2 negara,Brazil juga mempunyai areal city square seperti NY di kota Sao Paulo,jepang tepatnya di kota Tokyo juga memiliki tempat sejenis yaitu di daerah Shibuya.

Ada satu hal yang menarik mengenai city branding di Brazil,sejak tahun 2006 walikota Sao Paulo mengumumkan aturan baru yang berbunyi Clean City Law.Aturan ini melarang adanya media luar ruang termasuk billboard,nama/plang usaha di depan tokonya.Hampir 15000 billboard yang diturunkan.Kota di Sao Paulo Brazil menjadi bersih tanpa adanya media promosi luar ruang, Sao Paulo sebagai vertical city dimana bangunan-bangunan di dalamnya adalah bangunan-bangunan tinggi, bangunan-bangunan tersebut sekarang menjadi terekspos tanpa ada tempelan-tempelan iklan dipermukaannya.Ibarat wanita yang tampil cantik dengan “full makeup” Sao Paulo sekarang berubah penampilan berani tampil “polos tanpa makeup”

Beberapa masyarakat takut dan mengkritik hal tersebut akan berdampak pada penurunan pendapatan dan perekonomiannya,tetapi pada kenyataannya setelah berjalan hampir 7 tahun perekonomian maju dengan pesat,masyarakat merasa lebih nyaman dan senang karena mereka lebih dapat menikmati keindahan kota mereka tanpa gangguan pemandangan billboard yang saling “berteriak-teriak” satu sama lain.

Sao Paulo menyakini bahwa nilai terpenting sebuah kota adalah penghargaan atas bangunan-bangunan bersejarahnya.Bagaimana dengan promosi perusahaan yang berjalan disana,bagaimana cara mereka berpromosi?
WOM-Word of Mouth,promosi media cetak,tv,radio,website serta direct email menjadi solusi promosi disana.

Branding Product melalui billboard dan papan nama untuk meningkatkan brand awarness konsumen di Sao Paulo tidak berlaku.Tetapi kota tersebut tetap maju,para pedagang diwilayah tersebut tidak merasa kesulitan dan keberatan dengan regulasi tersebut,mereka justru merasa hal ini mempermudah mereka berjualan,karena konsumen akan datang mencari barang yang mereka inginkan dengan mencari informasi yang mereka butuhkan.

Terjadi sebuah pola baru bahwa konsumen tidak harus dibombardir dengan adv yang berlebihan,karena pada intinya konsumen dengan sendirinya akan mencari informasi barang yang mereka butuhkan,perusahaan mempersiapkan company profile mereka dengan baik, dengan jelas di berbagai media serta mudah diakses oleh konsumen.
Bagaimana dengan NY dan Tokyo jika aturan tersebut juga diberlakukan,akankah sama sukses seperti Brazil?

Sepertinya harus dikaji lebih lanjut,karena sikap masyarakat,budaya setempat,regulasi negara tersebut juga mempunyai peranan penting dalam mensupport keberhasilan dan kesuksesan sebuah program dalam menciptakan city branding .
Secara individu saya mendukung jika suatu waktu kota Bandung dibersihkan dari tempelan-tempelan iklan,tempelan-tempelan kampanye dengan wajah orang yang sangat besar,seakan-akan memaknai bahwa pendapatan daerah itu tinggi salah satunya karena banyaknya spot-spot billboard yang ditawarkan kepada produsen dengan harga yang fantastis.Bukan hanya sekedar kampanye sekarang foto ulang tahun saja,foto nikahan bisa dijadikan spanduk,baliho dan billboard dalam ukuran yang sangat besar.
Pendapatan daerah tinggi diharapkan karena kota tersebut memang mempunyai potensi yang besar,dari sumber manusianya,fasilitas kota yang memadai mulai dari transportasi massal,ruang terbuka publik,serta keindahan keindahan yang tercermin dari bangunan serta sejarahnya.

 

 


Leave a Reply